apakabar.co — SAMARINDA – Permasalahan stunting kerap kali dikaitkan dengan penyakit bawaan. Hal itulah yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan anak dan menyebabkan stunting.
Seperti yang terjadi di kelurahan Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang yang diakibatkan oleh penyakit menular seksual yang diidap oleh sang ibu sejak anak masih dalam kandungan.
Selain itu, ditemukan juga anak stunting meninggal di Samarinda seberang dikarenakan penyakit bawaan yaitu Tuberculosis (TBC)
Di Kelurahan Sempaja Selatan ditemukan juga anak stunting dikarenakan TBC yang ditularkan oleh pamannya yang tinggal satu rumah dengan anak tersebut.
Hal ini diungkapkan langsung, kepala UPTD Puskesmas Sempaja, Irama Fitamina.
Ia mengungkapkan kasus TBC menjadi salah satu perhatian penting dan dibahas secara nasional dikarenakan berdasarkan data WHO (World Health Organization) pada 2022 Negara Indonesia menempati urutan kedua setelah India.
“Tercatat, ada sekitar 969 ribu kasus TBC di Indonesia. Dari angka tersebut, jumlah kematian sebanyak 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam,” Ungkapnya kepada awak media. Kamis (18/5/2023).
Selain itu, Irama sapaan karibnya menyebutkan untuk di Samarinda ada 3.706 kasus TBC yang terdeteksi oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Samarinda yang tercatat di tahun 2022.
TBC adalah TBC) suatu infeksi menular yang diakibatkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang biasanya mempengaruhi organ sistem pernapasan, khususnya paru-paru. Namun, terkadang bakteri ini juga dapat menyerang dan mempengaruhi bagian tubuh atau organ lainnya.
Tidak hanya orang dewasa, TBC juga dapat menyerang anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, seperti kasus yang terjadi pada seorang anak di Kota Samarinda.
“Salah satu anak usia bawah dua tahun (baduta) yang stunting, ternyata menderita TBC. Apabila tidak ditangani, masalah yang mendasar ini. Mau menerima sebanyak apapun (makanan), dia tidak akan bisa terlepas dari stunting,” Jelas Irama.
Apabila merujuk pada kasus anak pengidap TBC dan stunting. terdapat beberapa kendala yang menghambat pencegahan stunting dalam hal ini adalah ketersediaan obat TBC untuk anak yang sering kosong, sehingga perlu mengambil dari puskesmas lainnya.
“Sampai sekarang obat TBC untuk anak masih kosong. Bagaimana kita bisa mengatasinya?” keluhnya.
Maka, baiknya kata Irama obat TBC untuk anak juga harus disediakan di setiap puskesmas, jika terdapat hal yang mendesak seperti temuan di Puskesmas Sempaja dapat segera didampingi secara intensif.
“Keduanya berkaitan, tidak dapat diabaikan,” pungkasnya. (Adv)