APAKABAR.CO-SAMARINDA. Kualitas demokrasi dalam pemilihan kepala daerah serentak semakin menurun, terlihat dari berkurangnya jumlah pasangan calon dan meningkatnya fenomena kotak kosong.
Dari 10 Kabupaten/Kota di Kaltim 9 diantara akan melakukan pemilihan kepala daerah (Pilkada), namun untuk pertama kalinya sejarah mencatatkan bahwa 2 daerah yang melangsungkan pesta demokrasi dipastikan terdapat satu pilihan tanpa nama kandidat.
Koordinator Aliansi Penyelamat Demokrasi Indonesia (APDI) Kalimantan Timur (Kaltim) Bachmid Wijaya mengatakan jika fenomena kotak kosong yang akhirnya terjadi di Pilkada Balikpapan dan Kutai Kartanegara merupakan bentuk timpangnya demokrasi.
“Pilkada melawan kolom kosong adalah bentuk dari ruang demokrasi yang dikebiri tanpa melibatkan partisipasi publik dalam hal memilih calon pemimpin,” ucapnya dalam konferensi pers disalah satu kafe di Jalan Bayangakara, Rabu (16/9/2020).
Bams, sapaan akrabnya juga menyebut bahawa partai politik yang semestinya memberikan edukasi bagi masyarakat nyatanya hingga saat ini tak mampu dan malah mengikuti arus politik kekuasaan. Partai tidak begitu berhasil melahirkan calon-calon pemimpin.
“Kami melihatnya bahwa partai hari ini hanya mampu memproduksi satu kelompok kecil atau orang-orang tertentu yang mampu menjadi negarawan. Partai selama ini hanya banyak menghasilkan politisi-politisi saja namun tidak sebagai negarawan,” sebutnya.
Fenomena ini tentu saja menimbulkan pertanyaan publik apakah ada oligarki didalamnya yang terlalu hebat meramunya ataukah memang partai tidak bisa melahirnya kader terbaiknya untuk dijadikan salah satu calon, dan apakah proses kaderisasi sudah berjalan di partai itu.
“Peran partai sebenarnya dalam hal ini adalah berikan warga edukasi politik untuk menentukan pilihannya,” katanya.
Selanjutnya, ia menyebut bahwa yang harus kita pahami adalah proses demokrasinya, yang mana proses itu harus berjalan dengan baik. KPU juga harus menjalankan proses tahapannya dengan baik pula, jangan menghalangi pandangan dan sikap politik yang berbeda.
“Potensi kemenangan kotak kosong mungkin saja terjadi. Dengan kultur pemilih kita yang mungkin berbeda dengan daerah lain bisa saja terjadi kalau gerakannya masif, bergerak dengan besar untuk memilih kotak kosong,” ucapnya.
Terakhir ia menghimbau agar masyarakat dapat terlibat dalam pesta demokrasi pilkada serentak 2020 dengan cara-cara yabg beretika. Ruang politik harus di buka seluas-luasnya karena hak pilih ada di tangan kita semua.
“Jadikan pesta demokrasi ini menjadi pesta demokrasi yang mempersatukan seluruh masyarakatnya,” pungkasnya.