SAMARINDA.apakabar.co– Kurang lebih beberapa hari lagi,umat Islam akan merayakan Hari Raya Idulfitri 1442 H. Perayaan Lebaran yang jatuh pada tanggal 13 Mei 2021 merupakan kali kedua dilaksanakan dalam suasana pandemic Covid-19.
Namun meskipun dalam suasana keterbatasan akibat pandemi ,momentum Idulfitri hendaknya tetap dapat dimaknai secara mendalam, dan perlu diingat jika upaya menjaga keselamatan diri dan kesehatan bersama merupakan prioritas utama saat ini.
Pandemi Covid-19 telah mengubah sejumlah tatatanan kehidupan masyarakat, termasuk tata cara beribadah. Di bulan Ramadan pun yang di penghujungnya diikuti rutinitas mudik ke kampung halaman, kini tak bisa dilakukan oleh mayoritas umat Islam. Ini seiring dengan larangan mudik yang ditetapkan pemerintah sejak 6-17 Mei mendatang.
Pada 6 Mei lalu Kementerian Agama memutuskan bahwa pelaksanaan salat Idulfitri di daerah yang termasuk zona merah dan oranye agar dilakukan di rumah masing-masing. Sedangkan untuk daerah yang termasuk zona hijau dan kuning, salat Idulfitri bisa dilakukan di masjid atau lapangan terbuka dengan kapasitas tidak boleh lebih dari 50%.
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan, pada Ramadan kali ini bangsa Indonesia dihadapkan pada sejumlah keterbatasan karena pandemi Covid-19. Akan tetapi menurut dia, hal itu jangan sampai menyurutkan semangat umat muslim untuk menjalani ibadah Ramadan dengan cara yang paling baik dan paling aman bagi kesehatan diri, keluarga, dan masyarakat.
“Idulfitri adalah hari kemenangan setelah selama sebulan umat Islam menjalani ibadah puasa Ramadan. Kita berharap tempaan saat Ramadan yang dijalani di tengah pandemi, memberi makna lebih sekaligus bekal bagi umat Islam,” ujar Yaqut dikuti dari KORAN SINDO di Jakarta kemarin, Senin (10//5/2021).
“Ketakwaan yang memiliki keseimbangan antara spiritual vertikal dengan kesalehan sosial,” sambungnya.
Ditambahkannya, jika pandemi turut mempertajam pemahaman kita bahwa salah satu inti ajaran agama adalah menjaga nilai-nilai kemanusiaan.
“Saya mengucapkan Selamat Idul Fitri 1442 H kepada seluruh umat Islam Indonesia, di mana pun berada. Dengan iringan doa minal aidin wal faizin. Taqabalallahu minna wa minkum,” katanya.
Di bagian lain, dia menjelaskan jika terdapat pro dan kontra dimasyarakat terkait larangan mudik. Namun dijelaskan Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut jika hal itu meruapakan sebuah kewajaran. Dia berujar, pemerintah telah menjalankan tanggung jawabnya untuk menjaga keselamatan jiwa masyarakatnya di tengah suasana pandemi.
“Pandemi memang memaksa semua pihak untuk melakukan pembatasan. Bahkan tidak hanya dalam konteks mudik yang merupakan tradisi, dalam hal pelaksanaan ibadah pun semua dilakukan pembatasan. Semua dilakukan dalam rangka menjaga keselamatan. Sebab, dalam konsep agama, saya kira ini berlaku agama manapun, keselamatan jiwa harus dikedepankan,” ungkapnya.
Yaqut berharap, Idulfitri di tahun kedua pandemi ini bisa menjadi momentum bagi seluruh umat Islam di Indonesia untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Dia pun mengajak seluruh masyarakat untuk terus saling membantu dan berbagi.
“Semoga, kata dia, pandemi Covid-19 ini bisa segera teratasi dan Indonesia segera terbebas dari pandemi,” katanya.
Menjelang perayaan Idulfitri yang masih dalam masa pandemi, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengeluarkan surat edaran bernomor 04/EDR/I.0/E/2021 tentang Tuntutan Idulfitri 1442 H.
Dalam edaran yang diteken Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Sekretaris Umum Agung Danarto tersebut disebutkan bahwa Pimpinan Pusat Muhammadiyah berdasarkan metode hisab yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid telah menetapkan bahwa Hari Raya Idulfitri 1 Syawal 1442 Hijriah jatuh pada hari Kamis tanggal 13 Mei 2021. Sementara Kemenag baru akan menentukan 1 Syawal pada sidang isbat yang digelar hari ini.
“Idulfitri tahun ini masih dalam keadaan musibah Covid-19, yang persebarannya belum landai. Bangsa Indonesia harus gigih dalam mengatasi pandemi ini dengan usaha yang maksimal. Setiap muslim diajarkan menyikapi musibah dengan kekuatan iman, sabar, dan ikhtiar,” demikian kutipan edaran tersebut.
Dalam surat edaran tersebut, Muhammadiyah mengeluarkan maklumat bahwa pelaksanan takbir Idulfitri agar dilakukan di rumah masing-masing dengan melibatkan anggota keluarga. Adapun untuk salat sunat Idulfitri diharapkan dilaksanakan di rumah untuk masyarakat yang di lingkungannya terdapat pasien positif Covid.
“Tidak dianjurkan takbir keliling. Takbir boleh dilakukan di masjid atau musala selama tidak ada jamaah yang terindikasi positif Covid-19 dengan pembatasan jumlah orang dan menerapkan protokol kesehatan yang berdisiplin tinggi,” tulis surat edaran tersebut.
Muhammadiyah juga menyatakan, Idulfitri merupakan Hari Raya Berbuka Puasa sehingga harus dijadikan momentum peningkatan kualitas takwa sebagaimana tujuan berpuasa Ramadan. Momentum tersebut merupakan wahana perwujudan praktik keislaman yang menyemai nilainilai kebaikan, kesalehan, perdamaian, keadilan, kesahajaan, sikap tengahan, persaudaraan, saling tolong, kasih sayang, persatuan, dan kebajikan utama dalam kehidupan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta.
Sementara itu, untuk mencegah penularan Covid-19, semua pesantren Nahdlatul Ulama (NU) atau Nahdliyin diminta mematuhi keputusan pemerintah untuk tidak mudik yang mulai berlaku sejak Kamis 6 Mei besok hingga 17 Mei 2021.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Marsudi Syuhud mengatakan peran pesantren NU sangat vital dalam mengurangi penularan pandemi Covid-19. Sejauh ini, total 28.000 pesantren dengan enam juta santri berada di bawah naungan PBNU di seluruh Indonesia.
“Kami mempunyai 3.000 Gugus Tugas Covid-19. Sesungguhnya kalau di setiap kabupaten, kami mempunyai komunikasi antarpondok pesantren yang satu sama lain khususnya di bawah NU ini. Maka ketika sekarang tidak boleh diperbolehkan mudik, yah sudah tidak mudik,” ujar Marsudi dalam keterangannya beberapa waktu lalu.
Marsudi menjelaskan ketaatan pesantren PBNU terhadap protokol kesehatan yang diamanahkan pemerintah tercermin dari bebasnya para santri dari Covid-19. Kendati demikian, larangan santri mudik membawa kontribusi besar agar penularan Covid-19 di Tanah Air dapat diatasi dengan cepat.
Larangan Berwisata
Di bagian lain, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi Kabupaten Magelang yang menutup seluruh objek wisata selama libur Lebaran 2021/1442 H. Ganjar berharap, kebijakan ini diikuti daerah lain.
Artikel ini sudah tayang pada laman sindonews.com dengan Judul : “Pandemi, Lebaran Tetap Bisa Bersilaturahmi”