APAKABAR.CO-SAMARINDA. Ketua Komisi IV DPRD Kaltim Rusman Ya’qub mengatakan pihaknya mendorong Pemprov Kaltim agar segera berpikir keras dan mencari solusi untuk diberlakukan kembali pembelajaran tatap muka langsung pada Januari 2021.
Namun, ia juga mengusulkan agar sistem Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tetap dikombinasikan antara pembelajaran jarak jauh dengan tatap muka.
“Caranya begini, misalkan dalam 1 kelas itu ada 30 siswa. Maka itu dibagi. Contoh, 15 orang mengikuti KBM secara luring dan selebihnya daring. Itu bisa dilakukan bergantian,” ungkap Rusman saat ditemui awak media pada Selasa (27/10/2020).
Politikus PPP tersebut tak dapat memungkiri bahwa pembelajaran jarak jauh itu sangat tidak efektif. Dia juga menyebutkan ada beberapa efek buruk yang dapat memengaruhi siswa. Contohnya adalah menurunkan imun sosial siswa dan cenderung terkesan egois. Sebab, siswa tak mau tahu dengan lingkungan sosialnya. Terbiasa dengan pembelajaran daring dan kerap menyentuh gawai. Dampak selanjutnya yakni berpotensi adanya fenomena putus sekolah karena sebagian siswa ada yang fokus ikut membantu orangtuanya bekerja. Termasuk tidak menutup kemungkinan adanya tindak kekerasan terhadap siswa selama di rumah.
Selain itu, menurut Rusman bahwa orangtua tidak siap menjadi guru bagi anak-anaknya di rumah sendiri. Oleh sebab itu, opsi sekolah dibuka kembali harus dipikirkan. Tentu dengan menerapkan protokol kesehatan yang tepat. Demi mendukung hal tersebut, perlu ada sosialisasi antara orangtua siswa dan guru di tiap jenjang pendidikan untuk merumuskan pembelajaran tatap muka langsung.
“Agar saling menjaga harus ada kolaborasi antara satuan pendidikan, orangtua siswa, dan guru. Sebab kalau kita bertahan dengan konsep jarak jauh, risiko jangka panjangnya banyak. Kita akan kehilangan momen membangun karakter anak didik,” lanjut Rusman.
Lantas ia berharap agar Pemprov Kaltim harus mencari terobosan dalam hal pendidikan dan tidak boleh kalah dengan pandemi. Namun mengingat tempo lalu ada sebagian orangtua siswa yang kontra dengan adanya kebijakan kembali ke sekolah di tengah pandemi, Rusman menegaskan bahwa sekolah, orangtua siswa, dan guru harus saling kompak. Jika ada satu pihak yang tidak setuju, tentu akan menyulitkan.
Menurutnya, para siswa juga mesti rindu dengan suasana sekolah dan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Sebab di rumah, hal itu tak begitu maksimal siswa dapatkan. Ditanya soal keterbatasan sekolah untuk memenuhi protokol kesehatan seperti wastafel, hand sanitizer, dan sebagainya diyakini Rusman bahwa itu pasti bisa diakali dan ada jalan keluarnya. Bagi Rusman, perjalanan dari rumah ke sekolah juga harus dipikirkan. Sebab ada suatu ruang di mana virus bisa menularkan.
“Misalnya saat siswa berangkat ke sekolah dan menggunakan transportasi umum seperti angkot. Maka sopir-sopirnya harus kita bekali pula dengan protokol Covid-19. Mau tidak mau itu dilakukan demi masa depan anak bangsa,” pungkasnya. (adv)