APAKABAR.CO – SAMARINDA – Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) meminta agar Kota Samarinda memiliki transportasi modern guna menunjang sebagai penyanggah Ibu Kota Negara (IKN).
Untuk itu, Pemerintah kota (Pemkot) Samarinda, melalui Dinas Perhubungan (Dishub) terus melakukan kajian untuk pengadaan transportasi massal berbasis lingkungan. Salah satunya yakni, adalah Bus Rapid Transit (BRT) dengan rute strategis.
Kepala Dishub kota Samarinda, Hotmauli Tua Manalu menyampaikan pihaknya telah telah menyiapkan tiga tahapan dari total trayek utama, dan enam trayek feeder di tahap pertama.
“Untuk trayek utama akan menggunakan bus sedang, dan kecil. Bus sedang akan melalui jalur 1A, 1B, 3A, 3B, dan 4,” Ungkapnya.
Lebih lanjut, Hotmauli menjelaskan jalur 1A dimulai dari Pelabuhan Pasar Pagi – Jalan Gajah Mada – Jalan RE Martadinata – Jalan P Antasari – Jalan Ir H Juanda. Kemudian ke arah Jalan Mayjen S Parman, hingga terminal Lempake.
“Rute trayek ini panjangnya sekitar 25,28 kilometer, lebih panjang dibanding Jalur 1B yang hanya dengan jarak 22,20 kilometer. Karena tidak melalui beberapa jalur yang ada di 1A,” Jelasnya.
Jalur 3A memiliki panjang sekitar 25,93 kilometer, melintasi Pelabuhan Pasar Pagi, Jalan Gajah Mada, Jalan RE Martadinata, Jalan P Antasari, Jalan P Suryanata, Jalan Ringroad Utara, dan kawasan Sempaja Selatan.
“Jalur 3B juga lebih pendek dibanding 3A, jaraknya sekitar 25,25 kilometer,” Sebut Hotmauli.
Untuk trayek 4, Manalu menambahkan bahwa rute tersebut dimulai dari Terminal Lempake hingga Bandara Internasional APT Pranoto di Jalan Poros Samarinda – Bontang, Kelurahan Sungai Siring, Kecamatan Samarinda Kota.
Untuk trayek utama menggunakan bus kecil, hanya akan melintasi dua jalur, yaitu jalur 2A dan 2B. Jalur 2A dimulai dari Terminal Samarinda Seberang, Terminal Sungai Kunjang, dan Terminal Pasar Pagi, dengan panjang sekitar 29,82 kilometer.
“Kalau jalur 2B lebih panjang, kurang lebih 31,10 kilometer. Dimulainya dari Terminal Samarinda Seberang juga tapi kemudian ke Terminal Pasar Pagi dulu lewat Jembatan Mahkota, baru setelahnya ke arah Terminal Sungai Kunjang, Ujarnya.
Jika tahap pertama berhasil pada tahun pertama, Hotmauli mengatakan, maka trayek jalur 2A-2B dapat dilanjutkan di tahun selanjutnya. Termasuk menyusul dua trayek feeder lainnya. Nantinya, baik bus sedang maupun bus kecil akan beroperasi selama 12 jam per hari.
“Jadi total biaya untuk semua trayek dalam satu tahun dengan skema investasi pemerintah adalah Rp 313 miliar untuk bus listrik dan Rp 195 miliar untuk bus konvensional. Sedangkan dengan skema by the service, total biaya adalah 92 miliar untuk bus listrik. Namun bus konvensional biayanya adalah Rp 77 miliar,” Pungkasnya.