APAKABAR.CO-SAMARINDA. Bencana tanah longsor beberapa waktu yang lalu di jalan damai, Kelurahan Sidodamai mengakibatkan beberapa rumah mengalami korban.
Lurah Sidodamai, Surayjin menyampaikan dari data yang dirinya terima terdapat 2 RT di Kelurahan Sidodamai yang menjadi korban dari longsor tersebut. Jumlah kepala keluarga (KK) yang terdampak sebanyak 12 KK dengan jumlah jiwa mencapai 41 orang.
“Ada 7 rumah yang terdampak, sementara 3 rumah lainnya mengalami kemiringan, hingga retak” ucap Surayjin, Selasa (16/6/2020).
Menurut keterangan dari warga, tanah longsor merupakan imbas dari pembangunan perumahan di kawasan tersebut yang tidak memperhatikan pembuatan drainase pembuangan air yang mengakibatkan rumah warga terdampak longsor serta mengakibatkan transportasi jalan warga di dalam Gang Intifadah terputus, sehingga warga membuat jalan alternatif sebagai solusi sementara
Atas insiden itu akhirnya warga setempat mengambil langkah tegas dengan menutup sementara aktifitas pembangunan perumahan, hal tersebut dilakukan warga sebagai bentuk kekecewaan akibat musibah tanah longsor yang menerpa warga, Senin (15/6/2020).
Pihak kelurahan telah melakuakan mediasi kepada pihak pengembang untuk mengatasi permasalahan ini. Dalam kesempatan itu, pihak pengembang pada prinsipnya tetap konsisten menindak lanjuti masalah ini.
“Tetapi warga juga geram dalam arti jangan hanya omongan saja, perlu ada aksi di lapangan. Makanya tadi warga langsung menyambangi lokasi perumahan untuk menutup sementara aktifitasnya,” ungkap Surayjin.
Selanjutnya, Surayjin menyampaikan bahwa warga dilingkungan tersebut sebenarnya tidak memiliki niat buruk, apalagi untuk menghentikan aktifitas pembangunan selamanya, akan tetapi hanya bersifat sementara sampai pihak pengembang fokus untuk menyelesaikan masalah tanah longsor yang mungkin terus mengancap keselamatan masyarakat sekitar perumahan.
“Bukan berarti menolak segala kegiatan perumahan. Tetapi warga ingin pengembang fokus pada musibah tanah longsor di Gang Intifadah. Kalau sudah selesai silahkan dilanjutkan,” ungkapnya.
Tak hanya mediasi, pihak kelurahan juga telah melakukan survei lapangan bersama tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda, guna melaksanakan kajian risiko. Hasilnya tanah longsor tersebut akan semakin berbahaya kalau tidak segera ditindaklanjuti.
“Jadi kami ingin agar mereka berkolaborasi untuk mengatasi permasalahan ini, jangan justru saling menyalahkan,” pungkasnya.
Penjelasan Pihak Pengembang
Penanggung jawab pengembang perumahan, M Arif Rohman mengatakan, longsor serupa juga pernah terjadi pada Januari lalu. Saat itu tanggul pihaknya jebol sehingga menyebabkan longsor.
“Itu sudah kami tanggulangi dan tanahnya sebanyak 500 ret kami buang ke lahan kami. Tetapi pelaksanaannya tidak maksimal karena saat itu terus terjadi hujan,” sebutnya.
Selanjutnya, ia menjeaskan sebelumnya pihaknya sudah melakukan kajian sejak tahun 2014. Kemudian terjadi musibah tanah longsor pada Januari lalu. Setelah diteliti ternyata teknik penurapannya yang kurang tepat.
“Inikan sifatnya tanah gerak, harusnya dibuatkan jalan akhir. Kami akan buat turap tapi akan berbeda bentuknya, jadi kami akan mengeluarkan batu bronjong terlebih dahulu sehingga air bisa keluar,” sebutnya.
Disinggung mengenai penutupan yang dilakukan warga, lanjut Arif, pihaknya tidak mempermasalahkan hal tersebut mengingat warga sangat dirugikan akibat musibah longsor ini.